Sunday, August 24, 2014

Hari Terakhir di Bekasi






Di suatu hari, pada senja hari ...

Sudah sebulan lebih rasanya mendiami tempat menyejarah itu, mulai dari 12 Juli hingga 21 Agustus. Berbagai macam rasa dan emosi tertumpah ruah pada rentang waktu itu, segudang pengalaman meluber pada interval waktu tersebut. 41 hari yang berkualitas dan ... terkenang.
 
Mulai ketika menginjakkan kaki di bandara internasional itu, sudah di sambut hangat oleh kedua orang tua, dilanjut dengan makan malam bersama yang sederhana. Lalu hari-hari setengah bulan ramadhan itu di lewati dengan khidmat dan luar biasa. 

Bekasi Sinergi adalah awalan dari petualangan itu, mengagumkan melihat indahnya harmonisasi gerak diantara organisasi di Bekasi itu. Selang itu menghadiri solidaritas peduli Palestine yang di gagas oleh ODOJ Indonesia di bundaran HI, Jakarta. Di temani rintik-rintik hujan menyuarakan kepedulian kita terhadap saudara kita di Gaza sana. Tak sempat berlama-lama tiba-tiba harus kembali lagi ke Gd Patriot Bekasi, untuk melanjutkan acara Sinergi itu. 

Ketika perjalanan, terdengar kabar duka, telpon dari ujung sana mengatakan tante dari keluarga saya meninggal, "innalillahi wa innailaihi rojiun.." Terucap refleks dari bibir ini, sejenak diam dan merenung memikirkan hal yang Pasti itu. Kemudian selepas ifthor dan maghrib berjamaah, saya melaju menuju rumah duka tersebut. Esok harinya ketika selesai pemakaman, saya pulang ke rumah untuk beristirahat sejenak. 

Hari-hari selanjutnya adalah sebagai penyusup. Menerima undangan terkait pesantren kilat oleh salah satu LDK di Jakarta untuk siswa SMA, tiba-tiba terpikir untuk kita 'menyusup' ke dalamnya dan mencuri ilmunya. Berangkat bersama tiga orang teman, melaju menggunakan kereta commuter line menuju Depok. Selesai acara di lanjut dengan buka bersama dengan organisasi mahasiswa dari Malang tersebut di salah satu warung di daerah Margonda. Selepas itu, kami pulang kembali dengan menggunakan kereta. Rasa-rasanya hari itu mendebarkan itu telah kita lewati. Saatnya untuk memulai i'tikaf di sepuluh malam terakhir. 

Keesokannya, mendapat tugas untuk mengambil dana untuk acara Bedug Festival di kantor Indosat, Jakarta. Perjalanan siang itu ditemani oleh terik matahari, macetnya perjalanan, dan lika-liku jalan Jakarta, tetapi alhamdulillah sampai juga disana. Melihat bagaimana perusahaan yang cukup besar seperti Indosat menjalankan sistemnya, dan yang paling menarik, mereka mempunyai ruang khusus untuk Sie Kerohanian, dan saya lihat orang-orangnya sudah syar'i semua. Alhamdulillah.. 

Lalu hari-hari setelahnya dilakukan dengan menjalin silaturahim kepada teman-teman SMA. Dan seperti biasa setiap tahunnya, profesi menjadi amil zakat tetap tersandang, kali ini lebih banyak panitianya dari tahun-tahun sebelumnya. Jadi teringat 5 tahun silam, ketika pulang sekolah sewaktu SMP langsung ke masjid dan membuka stand zakat, waktu itu hanya sendiri, kadang berdua, tetapi alhamdulillah, sekarang sudah ramai 

Terakhir, ketika malam takbiran, GBH (Gema Bedug Harmoni) menutup kisah ramadhan itu, melihat gebyar dan semarak malam takbiran dengan jalur yang positif, menyaksikan para alumni-alumni dari kampus ramadhan di wisuda, penampilan nasyid, dll. Rasanya baru kemarin menjadi pelopor acara ini, tetapi bersyukur sekali acara ini menjadi acara rutin tahunan ARMADA

Esoknya, hari idul fitri adalah hari kemenangan. Setelah dengan khidmat melaksanakan sholat dan mendengarkan khutbah, kami melakukan silaturahim, dan halal bi halal, momen yang indah untuk saling bermaaf-maafan. 

Awal sampai pertengahan syawal itu digunakan kebanyakan untuk silaturahim. Open House dengan gubernur Jawa Barat, kang Aher, open House dengan Master Hipno Terapi, ka Awin, yang disini kita juga diajarkan cara menghipno orang, dan lain-lain. 

Pernah juga di sudah kesempatan kami mendatangi seminar-seminar, Japan Foundation, Kultum Supermentor, dll. Dan tak lupa, kami juga berlatih menjadi trainer yang dibimbing langsung oleh pakarnya, dan dalam waktu dekat insyaAllah kami akan melaunching lembaganya.  Semua rangkaian itu menjadi bumbu penyedap di 41 hari itu. 

Tiba-tiba aku terbangun, lalu tersadar, aku sedang berada di masjid peradaban itu. Jam dinding digital menunjukkan pukul 10.50. Aku terduduk, tertegun, rupanya sudah 41 hari aku disini, dan ternyata itu adalah hari terakhirku di Bekasi.

Enggan juga rasanya ingin meninggalkan kampung halaman ini, tetapi sore ini aku harus berangkat ke statsiun, mungkin tidak akan ada lagi rapat-rapat malam hari, rombongan motor yang berangkat ke seminar, selasar masjid tempat mengobrol, atau sekedar canda dari teman-teman. 
 
Ya Allah, izinkan ukhuwah kami terus terjaga, dan jadikan kampung itu sebagai lahan untuk kita terus berdakwah disana. 

- Elmo Juanara , di tulis seusai melaksanakan sholat maghrib, ditemani iringan musik Serenade-The Elegance of Pachelbel, di dalam keheningan kereta api malam -







No comments:

Post a Comment