Wednesday, July 22, 2015

Ciri-Ciri dan Pribadi Nabi Muhammad saw


nyadur tulisannya ustadz Salim A Fillah nih :
Perawakan sang Nabi tidak tinggi, tidak pendek. Rambutnya tidak keriting, tidak pula lurus. Wajah beliau tidak bulat, bukan pula persegi. Kulit sang Nabi cerah, putih kemerah-merahan. Rambutnya disisir ketika sebahu, digerai ketika sepapak daun telinga. Dahinya lebar. Alis sang Nabi melengkung dan panjang, tebal, nyaris bertaut di tengah. Di antara keduanya terdapat urat yang me merah saat beliau marah.
Bola mata sang Nabi indah dan hitam, bulu matanya lentik menawan. Hidungnya mancung, bagian atasnya pancarkan cahaya. Kedua pipinya datar. Janggut sang Nabi menggaris dari depan telinga, menebal menuju dagu. Mulutnya lebar, gigi-giginya besar, dan selanya memancar cahaya. Dari bawah janggut sang Nabi beralur ke bawah bulu-bulu halus, lewat leher, melebat di dada, melajur bagai tongkat hingga ke pusarnya.
Leher sang Nabi jenjang dan indah. Perut beliau sama rata dengan dadanya yang bidang. Jarak antara kedua bahu lebar. Persendian kokoh. Lengan sang Nabi jenjang, telapaknya lebar dan tebal, jemarinya panjang. Telapak kaki beliau melengkung, halus hingga air pun tak menempel.
Sang Nabi berjalan dengan langkah kaki nan lebar, begitu langsam seolah menuruni bukit, tubuh beliau ikut bergoyang anggun tiap langkah. Kalau menoleh, sang Nabi berbalik dengan seluruh badan, lebih sering menunduk dibanding mendangak, melihat dengan penuh perhatian. Dulu Nabi suka menyisir rambut ke belakang, seperti Ahli Kitab. Saat nyata keingkaran, beliau selisihi mereka dengan menyisir belahnya.
Sang Nabi suka memperbanyak minyak rambut. Kata Anas, uban beliau yang 20 helai jadi tak tampak. Beliau gemar merapikan janggutnya. Sang Nabi punya sebuah celak khusus yang beliau gunakan menjelang tidurnya. Tiga kali untuk kanan dan kiri, sejuk dan menumbuhkan bulu. Pakaian kesukaan sang Nabi adalah gamis berwarna putih, hibarah buatan Yaman berwarna merah, dan baju sampir 2 helai warna hijau dan hitam.
Sang Nabi berminyak wangi di seluruh tubuhnya. Istri beliau mengoleskan di sekujur badan, lalu beliau sendiri wangikan bagian aurat. Jemari manis rasulullah dilingkari cincin perak, matanya dari batu Habasyah bertuliskan; “Muhammad Rasul Allah”. Dilepas jika ke peturasan. Sang Nabi menyimpan selimut Khadijah; selimut yang menenangkansaat beliau terguncang wahyu pertama dan di dalamnya beliau diseru.
Sang Nabi suka olahraga lari. Kadang bersama istri. Kadang dengan anak-anak kecil yang beliau lombakan siapa duluan menangkap beliau. Nabi suka minum susu di wadah yang sama dengan istrinya, ditepatkan di bekas bibirnya. Anggur, Zaitun, dan buah lain; segigit berdua. Tidur sang Nabi tidak pernah tengkurap. Jika miring berbantal telapak dan kakinya disilang, jika telentang kaki kanan diletak di atas kiri.
Kadang dalam renung khusyuk, sang Nabi duduk dengan lutut diangkat menempel ke perut. Suka bersandar bantal, tapi TIDAK di saat makan. Nabi suka mandi bersama dan bercanda main air dengan istri-istrinya, bahkan pada Saudah yang sudah tua. Usia tidak menghalangi kemesraan itu. Penutup kepala kesayangan Nabi adalah serba hitam, dikenakan dengan ujung menjatuh di pundak. Sandalnya bertali dua dari kulit hewan.
Makanan kesukaan Nabi –jarang beliau nikmati– adalah paha kanan kambing. Camilannya hais; campuran kurma rendam dengan keju dan yoghurt. Nabi yang penuh cinta memberi nama semua miliknya; dari perkakas rumah tangga, bejana, gelas, kuda, unta, keledai, pedang, dan tombak. Nabi makan roti dari tepung utuh yang tak diayak (dulu dianggap rendah, sekarang sehat berserat), lauknya minyak zaitun, cuka, labu. Nabi TIDAK PERNAH mencela makanan. Jika menyukainya beliau memakannya penuh syukur; jika tidak suka beliau cukup diam tanpa komentar.
Nabi mengerjakan sendiri apa yang beliau bisa di urusan rumah tangga: menambal baju sobek, menjahit sandal rusak, memerah susu, dan seterusnya. Nabi sangat suka bersyiwak bersih gigi; akan shalat, akan membaca Al-Qur’an, akan menemui tamu dan sahabat, dan terutama akan MENEMUI ISTRI. Nabi tak pernah jijik pada istri yang haid (sebagaimana kebiasaan Arab dan Yahudi), beliau tetap bermesra, hanya menghindari jimak. Saat Aisyah haid, Nabi tiduran di pangkuannya sambil membaca Al-Qur’an, atau meletakkan kepala diantara paha Aisyah, tidur dalam hangat. Bahkan tuk shalat malam pun, Nabi minta izin pada istri yang sedang bersama di ranjang. “Apa kauizinkan malam ini aku menghadap Rabbku?”
Karena sempitnya kamar Nabi, saat shalat malam beliau berdiri hadap Aisyah. Jika hendak sujud, disentuhnya kaki sang istri agar ditekuk. Sang Nabi seorang pemalu, lebih tersipu dibanding gadis dalam pingitan. Tak pernah terbahak, hanya senyum yang semanis madu. Sang Nabi tak suka diistimewakan. Jika berbagi peran di perjalanan beliau selalu mencari peluang berkontribusi; hatta menyiapkan api. Jika dihadapkan pada pilihan, sang Nabi selalu mengambil yang ringan dan mudah, selama ianya tak jatuh pada hal yang dilarang Allah.
“Tak pernah kulihat,” kata Anas, “Nabi marah atau membalas laku buruk atas pribadi beliau. Beliau hanya marah jika Allah dihinakan”. Pernah tiga purnama tak ada api menyala di rumah kami. “Apa penyambung hidup Nabi?” tanya Urwah. “Kurma dan air.” Kelembutan sang Nabi tak terhalangi dan tak menghalangi ibadahnya. Umamah binti Abil Ash, sang cucu, sering digendong dalam shalat. Al-Husain naik punggung sang Nabi saat sujud. Beliau tak bangkit hingga Al-Husain puas. Usai Salam, beliau minta maaf pada jamaah. Saat para cucu jadikan Nabi kuda-kudaan merangkak kian kemari, ada yang kata, “Sebaik-baik tunggangan.” Beliau sahut, “Sebaik-baik penunggang!”

No comments:

Post a Comment