Tuesday, July 23, 2019

#LifeJourney 06: RENUNGAN INDONESIA VS KOREA SELATAN

Seoul Tower Namsan - South Korea 2018

Kondisi ekonomi Indonesia pada umumnya dan global pada khususnya, sedang menjadi topik pembahasan yang hangat. Bagaimana tidak? hampir setiap waktu kita melihat, ekonomi menjadi sebuah dasar atau pondasi dalam kita mengukur setiap keberhasilan kerja pemerintah.

Hal ini sangat wajar, karena dampak yang paling dirasakan dari sebuah negara (atau pemerintahan) yang berhasil menyentuh hati rakyat yaitu ada pada sisi ekonominya. Karena ada istilah dari ekonomi, dari perut naik ke hati. Benarkah demikian?

Anyway, berbicara tentang ekonomi ini sangat menarik sekali menurut saya. Pertama kali semenjak SMA sudah tertarik pada lini ini, walaupun tidak pernah sekolah secara khusus mempelajari hal ini, tetapi rasanya sangat challenging ketika kita berupaya dan berfikir untuk kemajuan sebuah ekonomi, yang dampaknya bisa dirasakan banyak orang.

Berbicara tentang ekonomi, ada sebuah hal yang bisa menjadi renungan bagi kita semua, khususnya orang Indonesia, tentang sejauh apa kita telah melangkah.

Saya menemukan, sebuah grafik perbandingan GPD per kapita antara Indonesia dengan Korea Selatan seperti yang tertera pada gambar dibawah ini.
Perbandingan GDP per kapita Indonesia vs Korea Selatan
47 tahun yang lalu, GDP per kapita Indonesia, pernah menyentuh pada garis horizontal yang sama dengan Korea. Tepatnya dimulai pada tahun 1967 dan menjelang berakhir pada tahun 1972, garis itu masih menyatu. Pada waktu tersebut, kondisi kita sama-sama masih memulai dari nol/awal, tetapi kita bisa melihat lima tahun setelahnya, Korea mulai merangkak naik dan puncaknya menuju 10000 USD pada tahun 1994, tepat saat saya lahir hehe.

Dalam sebuah kajian kenegaraan, pernah disampaikan, bahwa pada waktu itu nilai tukar kita (rupiah) bisa lebih besar dibandingkan dengan nilai tukar won lho. Tetapi jika kita lihat sekarang, 1 won setara dengan 11,88 rupiah (24/07/2019).

Indonesia vs Korsel
Selain itu, Korea Selatan tumbuh menjadi negara dengan teknologi yang mulai maju. Gampangnya, salah satu smartphone yang sering digandrungi dinegeri ini berasal dari Korea, yaitu Samsung. Perusahaan yang didirikan oleh Lee Byung-chull pada tanggal 1 Maret 1938 di Daegu, Korea Selatan ini sekarang bahkan menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat tanah air ketika ingin membeli smartphone middle high disamping membeli iPhone dari Apple.

Benarkah demikian?

Saya bukan seorang ekonom, dan tidak pernah memiliki spesialisasi demikian, hanya memiliki minat pada lini ini dan bertekad memperbaikinya.

Tetapi, kira-kira inilah kiranya yang perlu kita jadikan renungan bersama. Tentang sebuah big why, why sebuah nation dapat menjadi maju atau gagal. Ketika kita menemukan why tersebut, akan lebih mudah bagi kita menentukan arah gerak memperbaikinya.