Monday, July 22, 2019

Membangun Budaya Riset, Belajar dari Jepang

sumber: instagram @ali_rahmat_agrotek

bDr. Wisnu IPB (tulisan ini dicopy dari postingan Instagram mas Ali MITI KM @ali_rahmat_agrotek)

Tulisan saya ini diilhami dari pengalaman pribadi ketika menempuh studi S3 di Jepang, tepatnya di Tokyo Institute of Technology. Dengan segala variasinya, tipikal laboratorium riset di Jepang hampir sama. Dipimpin oleh seorang profesor (sensei). Biasanya di lab tersebut ada seorang associate profesor (mungkin kalau di Indonesia jabatan fungsionalnya Lektor Kepala), seorang assitant profesor (kalau di Indonesia mungkin Lektor), 1-2 postdoc, beberapa mahasiswa S1, S2, dan S3, serta beberapa peneliti atau engineer non dosen.

Setiap Lab memiliki roadmap yang jelas sehingga penelitian berjalan berkesinambungan. Biasanya tiap Lab punya beberapa fokus penelitian. Sebagai contoh di Lab yang saya bergabung di dalamnya, Lab Bioinformatika, fokusnya adalah docking dan molecular simulation dan HPC untuk pengolahan sekuen DNA yang dihasilkan NGS. Fokus riset ini menunjukkan expertise dari setiap Profesor, yang kemungkinan besar hasil pemetaan dari roadmap Departemen dan Perguruan Tingginya. Maka sangat jarang ditemui profesor di Jepang merambah ke mana-2 dalam melakukan risetnya. Kemungkinan overlap tetap ada tapi tdk keluar dari fokus atau expertisenya. Dengan kondisi seperti ini memacu banyak kolaborasi riset, karena masing-2 memahami benar bidang atau porsi masing-2.

Di lab ini sengaja dibangun tata nilai, mungkin ini yg membedakan dgn lab-2 di negara lain spt di eropa dan amerika. Di Jepang bahkan mahasiswa yang ingin melakukan kerja tambahan (part time job) di luar kampus harus mendapat ijin dari profesornya. Hirarki jg sengaja dibangun namun tetap menghormati hak pribadi. Profesor bersama asociate dan assistant profesor menjadi semacam top management. Mahasiswa S3 diberi "mandat" mengkoordinir beberapa mhs S2 atau S1 dalam suatu tim riset. Setiap tim riset bertemu rutin minimal 3 kali sepekan, yaitu presentasi kemajuan risetnya, presentasi sebuah buku referensi yang dibaca bersama, dan presentasi paper.

Komitmen profesor (sensei) untuk mengawal diskusi ilmiah rutin ini patut diacungi jempol. Profesor hampir tidak pernah absen untuk hadir dalam presentasi kemajuan riset dari mahasiswa bimbingannya baik s1, s2, maupun s3 ya.