“Sungguh
bagi kalian pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik, bagi orang
yang mengharapkan (ridha) Allah dan hari akhirat, serta banyak berzikir.”
-QS Al Ahzab: 21-
-QS Al Ahzab: 21-
"Seyogyanya.."
tutur Dr. Yusuf Qardhawi dalam suatu artikel, "perang era sekarang adalah
perang pemikiran, siapa yang mampu memenangkan pemikiran maka ia mampu mengusai
dunia". Genap sudah 14 abad yang silam sewaktu Rasulullah saw hidup dimuka
bumi, menebar cinta, memperbaiki akhlaq, dan menuntun manusia ke jalan yang
terang benderang. Lunturnya dark age dari belahan barat sana menjadi bukti
konkrit atas keberhasilan kepemimpinan Rasulullah dalam menjadi prototype
terbaik dimuka bumi ini.
Kita
kembali ke masa depan, menembus lorong waktu, dan berdiri mantap pada sebuah
zaman modern, abad 21! Sebuah zaman dimana fitnah merajalela dimana-mana,
sesembahan kepada thogut sangat halus terjadi, sebuah zaman dimana krisis
kepemimpinan semakin meruji.
Sementara
dalam suatu bangunan intelektualitas, beribu orang berduyun-duyun setiap
tahunnya, niatnya sih ingin menjadi aktor dari perbaikan negeri, yang pada
akhirnya jatuh nelangsa pada kegemerlapan dunia, tenggelam pada kefanaan
jabatan, dan menjadi serendah-rendahnya insan dihadapan harta.
Dunia
pun sudah kacau, tidak henti-hentinya meracau, meminta permintaan yang
sederhana, agar tubuhnya di tempati oleh orang-orang yang berintelektualitas
seperti nabi, intelektual profetik tepatnya. Karena jaksa yang bijaksana akan
sulit ditemukan, hakim yang adil akan sulit dijumpai, pedagang yang jujur akan
seperti jarum dalam tumpukkam jerami, dan perekayasa (engineer) akan enggan
merekayasa hal-hal yang baik.
Tetapi
tidak disudut kampus itu, fakultas Teknik namanya, yang isinya adalah
orang-orang yang terhimpun dalam sebuah lembaga dakwah maupun yang tidak,
mereka berencana lain, berpikir lain, berkorban untuk hal lain, dan hidup untuk
yang lain. Ketika banyak orang berbelok ke kiri, maka mereka memilih kanan
sebagai jalannya. Ketika sebagian besar orang memilih undur diri dari prestasi,
maka mereka berderap mantap meraih prestasi dengan niat ilahi.
Masih
teringat materi halaqoh kala subuh itu, seorang Al Muhandis (red: engineer),
Yahya Ayyas menjadi seorang engineer yang paling dicari dan berbahaya. Semua
musuh-musuh Islam kalang kabut mencarinya, tidak mudah meneukan jejaknya,
ketika didatangi rumahnya, ia sudah pindah ke tempat lain, dan begitu
seterusnya, hingga-takdir Allah untuk orang-orang besar- sampai meninggalnya
pun tidak ditemukan. Beliau di bunuh melalui bom dari telepon kabel!
Marian
Salzman dalam bukunya, The Future of Man mengatakan, “Dunia jauh lebih berharap
kepada pria-pria yang menghabiskan waktunya untuk membaca buku, mengikuti
pelatihan, mencermati perkembangan mutakhir, dan menganalisis berbagai
peristiwa dari pada mereka sibuk ke salon, menata rambut, mempermak wajah, dan
memadupandankan aksesorisnya” jelas sudah, role model manusia abad 21 adalah
mereka yang selalu melakukan perbaikan dalam dirinya dan dekat dengan Tuhannya!
Terakhir,
menjadi seorang muslim, terlebih seorang perekayasa (engineer) adalah hal
mutlak untuk dekat dengan Tuhannya. Allah yang memiliki sifat Maha Merajai
perlu kita ikuti dan terapkan dalam diri hambaNya. Betapa banyak seorang
engineer yang malah habis mengeksploitasi ciptaan Allah, lalai akan kuasaNya.
Mulai saat ini, mari berubah arah, satukan tujuan, hibahkan diri, dan lakukan
perbaikan. Karena, seorang perekayasa yang baik, maka ia akan mencoba menjadi
aktor perekayasa kebaikan-kebaikan disekitarnya
No comments:
Post a Comment