Wednesday, January 1, 2020

Insight from Doraemon: Nobita’s Chronicle of The Moon Exploration




Menonton film memang akan menambah inspirasi, saya yakin, tidak ada film yang dibuat tanpa mengandung sebuah ibroh (hikmah). Terlebih film besutan Jepang, pastilah memiliki nilai-nilai, salah satunya movie berjudul Insight from Doraemon: Nobita’s Chronicle.

Film yang saya tonton pada tanggal 1 Januari 2020 sewaktu di pesawat Garuda Indonesia dari Chubu Centrair Nagoya menuju Jakarta ini memberikan saya beberapa insight, yang saya fikir, insight ini penting sekali dan perlu di dokumentasikan dengan baik. Karena saya rasa ini ada hubungannya dengan tahap untuk memimpin dunia, atau world managing (manajemen dunia).

Wow, kok keren banget insight nya sampai kesana, memang ada apa sih?

Saya juga tidak tahu, ini hanya mengira-ngira saja, menerka-nerka saja. Setidaknya ada empat insight ini yang saya tangkap:

1.     Cerita dalam film tersebut diambil se realistis mungkin, tidak semata-mata karena anime dibuat jadi mengada-ada. Tetapi pembuat film menyambungkannya dengan folklore Jepang, agar lebih rasional. Dan ini menurut saya cerdas dan upaya yang bagus. Malahan belakangan ini, saya melihat anime-anime Jepang yang special edition (the movie) dibuat tidak dengan main-main, tetapi benar-benar difikirkan alur dan detailnya.
2.     Infiltasi nilai-nilai science terupdate. (Lagi-lagi) anime Jepang, saya kira akhir-akhir mulai memasukkan nilai-nilai science ke dalam filmnya. Beberapa bulan lalu sewaktu saya naik Garuda Indonesia juga, dari Kansai ke Jakarta, saya sempatkan menonton film Conan The Movie. Pada movie tersebut, dikenalkan juga teknologi IoT (Internet of Things). Sugoi kan? Dan pada movie Doraemon ini, salah satu teknologi yang dikenalkan yaitu AI (Artificial Intelligence)! Sugoi bukan? Jadi kita sebagai penonton juga di sibghah nilai-nilai science yang kental.
3.     Do the best for our life. Saat scene-scene terakhir, seorang karakter bernama Luka meminta kepada Doraemon untuk dapat membuat mereka menjadi manusia. Padahal mereka sebelumnya sebagai ether (sebutan makhluk lain selain manusia) yang immortal (tidak akan mati). Tetapi mereka tetap menginginkan dan memilih hidup sebagai manusia, kenapa alasannya? Simple dan ini cukup mencengangkan buat saya yaitu, “karena kami ingin do the best for our life”. What a reason? Luar biasa! Mereka mengira dengan menjadi manusia maka mereka akan menjalankan hidup dengan lebih semangat lagi, berkeluarga, berteman, tua, dan meninggal. Mereka ingin ganbatte untuk itu. Again, what a reason! Sasuga Nihong jin!
4.     Berfikir visioner. Ada sebuah kata-kata terakhir di movie tersebut yang sangat membuat saya terkesan, “When we can travel freely between earth and moon, until then .. sayounara”. Lihat yang saya bold? Yup, we can travel freely between earth and moon. Dari kalimat tersebut, sudah sangat tercirikan nilai-nilai visionernya. Mereka berjanji dan berfikir terus menerus untuk dapat melakukan kunjungan secara bebas dan common dari bumi ke bulan dan sebaliknya. Bayangin, PP Bumi Bulan, itu bukanlah hal yang terfikirkan ke semua orang. Hanya orang-orang yang percaya akan mimpinya saja yang dapat mencapainya. Walaupun saya tahu bahwa jauh sebelumnya ada anime Jepang juga yang bercerita tentang seorang murid yang mempunyai mimpi ingin pergi ke bulan. Tetapi bukannya impian itu surut, malah mimpi akan ke bulan terus digulirkan, bahkan sampai tahun 2019.

Sudah, kira-kira itu saja insight saya. Nah dari insight tersebut saya berfikir, tentang manajemen dunia. Dalam Islam, salah satu tujuan hidup kita di bumi ini selain untuk beribadah kepada Allah SWT yaitu juga untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.

Memimpin dan memanage dunia yang sedang carut marut ini bukanlah hal mudah, butuh leadership yang kuat dan canggih. Memang sepertinya butuh leadership terpusat untuk menyatukan keberagaman yang ada di dunia ini. Dan saya yakin Islam akan memimpin peradaban ini suatu saat, in syaa Allah.

Omong-omong tentang manajemen dunia dan kondisinya yang sedang carut marut, seperti adanya isu ketidakadilan, kesejahteraan, climate change, hingga penemuan-penemuan teknologi muktakhir.

Mungkin yang kita lihat saat ini kebanyakan adalah dunia disibukkan dengan masalah internal, perang, monopoli perdagangan dsb. Semua berfikir tentang egonya masing-masing. Hmm.. ini tidak salah sih, tetapi memang begitu kondisinya.

Hmm.. tapi saya jadi berfikir, jika ada leadership terpusat untuk ini, maka yang perlu dilakukan yaitu membagi ke dalam dua isu/kelompok/klaster. Yaitu klaster internal dan eksternal.

Klaster internal menangani permasalahan internal dunia, seperti keadilan, kesejahteraan, climate change, kesehatan, dsb. Sehingga penduduk bumi tidak perlu khawatir atas kehidupannya dimuka bumi ini, semua senang, aman dan tentram.

Sementara klaster eksternal berfikir terkait inovasi dan penemuan-penemuan untuk mengeksplor alam semesta ini. Misal seperti tadi, berfikir bagaimana menciptakan alat transportasi yang bisa memenuhi pernyataan dalam movie Doraemon tadi, “we can travel freely between earth and moon”, atau hal-hal lain yang membuat kita akhirnya dapat mengilhami ayat-ayat kauniyah (ayat-ayat yang ada di alam) sehingga semakin bertambahlah iman kita kepada Dzat Yang Maha Esa ini, yaitu Allah SWT. Walaupun saya pernah mendengar juga, dalam Al Quran disebutkan, kita diminta menembus langit pertama, tetapi kata Allah kita tidak akan pernah bisa. Dan langit Allah itu ada 7 lho! Ma syaa Allah. Nonton movie Doraemon jadi membuat saya berfikir tentang alam semester ciptaan Allah SWT.

Hmm.. nulis apa sih..  kayaknya rada ga jelas dan ngawur juga, maksudnya saya yang saya tulis tentang manajemen dunia (membagi menjadi dua klaster, internal dan eksternal). Ya ya, saya hanya memikirkan kesana saja sih, semakin saya sering keluar negeri, soalnya saya jadi semakin faham bagaimana dunia ini berjalan, dan apa masalah dunia ini, dan bagaimana membuat dunia ini lebih baik lagi. Saya yakin orang-orang besar dan para ilmuwan di dunia ini sudah memikirkan sampai kesana, apalah saya hanya sebagai master student awal di Shizudai, Jepang yang baru bisa berfikir segini.

Anyway, semua berawal dari mimpi, dari mimpi akhirnya orang-orang terus bergerak, hingga menciptakan kehidupan yang lebih baik, bukan untuk diri sendiri saja, tetapi juga untuk kemaslahatan umat manusia. Mimpilah yang menggerakan orang untuk terus berikhtiyar.

Mari berani bermimpi, for a better world, for a better human being, tugas kita hanya berikhtiyar, bukankah sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat untuk orang lain?

Ditulis diketinggian +10-15 ribu mdpl, dengan kecepatan 835km/jam, di bumi Allah,
1 Januari 2020.